
beritankri21.blogspot.com - Petani di Sulawesi Barat memodifikasi motor menjadi sarana angkutan di areal persawahan untuk mengatasi kendala transportasi, terutama saat musim panen.
Sebelumnya, membawa gabah hasil panenan kerap menjadi kendala petani apalagi di saat musim hujan.
Jok dan ban motor yang didesain eksklusif untuk menghadapi kondisi medan yang becek dan berlumpur, menjadi pengganti kuda yang menjadi alat transportasi selama puluhan tahun terakhir ini.
petani-petani yang ditemui Minggu (5/3/2017), mengaku dengan motor modifikasi yang kerap disebut motor taksi ini, bisa meraup sampai Rp 7 juta per musim panen.
Risal, salah satu petani yang menjadi buruh angkut gabah, mengaku mampu mengangkut hingga 100 karung gabah per hari tergantung jarak dan kondisi medannya.
“Tarif bervariasi Rp 7.000 hingga Rp 20.00 tergantung jarak dan medannya,”ujar Risal.
Dengan tarif itu, para buruh angkut gabah ini mampu meraup penghasilan sampai ratusan ribu tupiah per hari. Setiap muim umumnya buruh-buruh angkut gabah bisa meraup pendapatan sampai Rp tujuh juta.
Medan licin dan berlumpur di tengah ladang ditaklukan buruh-buruh angkut gabah ini harus berjibaku.
Bagi pengangkut-pengangkut gabah ini, musim panen dikenal sebagai bulan berkah bagi mereka. Pasalnya pendapatan mereka bisa berkali lipat dibanding menjadi tukang ojek.
Karena tak kunjung diangkut, berkat mereka, para petani Polewali Mandar tak lagi cemas gabahnya rusak dan kehujanan lantaran berminggu-minggu di tengah ladang
Banyaknya petani atau buruh angkut gabah pada musim panen mebuat kelompok-kelompok pengakut gabah bersaing mendapatkan pelanggan dari petani yang mau gabahnya diangkut ke pabrik atau ke kediaman petani.
Bila musim panen sampai, ratusan kelompok pengangkut gabah berlomba mengangkut gabah petani yang sedang panen. Setiap motor bisa membawa 1 karung gabah yang bobotnya mencapai satu kwintal.
Mulanya motor modifikasi ini digunakan para petani di Pinrang. Motor modifikasi yang didesain untuk medan licin dan berlumpur di tengah lahan ini bermula saat petani di Pinrang yang saat itu masih mengandalkan kuda kewalahan untuk menganguk hasil panen.
Produksi padi petani yang melimpah tidak diiringi dengan pertumbuhan kuda yang siap mengangkut hasil panen mereka. Sesudah dipanen dan tidak kunjung diangkut kuda ke pabrik, banyak gabah rusak lantaran tinggal berminggu-mingu dan kehujanan di tengah ladang
petani-petani pun mulai memodifikasi motor. Rangka motor diganti dan dibuat lebih tinggi agar bisa digunakan di medan berlumpur. Di bagian rangka depan dibuat lebih luas seukuran dengan 1 karung gabah.
Agar gampang dikendalikan di medan tidak mudah, sementara di bagian belakang dibuat sadel eksklusif berbentuk pipih dari besi
Ban dan joknya juga didesain eksklusif, membuat kendaraan ini bisa menaklukkan medan tidak gampang tergolong lumpur yang sukar dilalui kuda.
Belakangan motor sejenis berkembang luas ke daerah sekitarnya termasuk di Polewali Mandar.
Kendaraan ini pun menggantikan peran kuda sebagai sarana angkutan andalan petani saat musim panen. Semenjak 10 tahun terakhir trasportasi kuda yang selama ini merajai angkutan gabah di sawah hampir tidak terlihat lagi. Sarana motor taksi digunakan masyarakat dan petani lebih memilih. Karena lebih tidak susah juga lebih cepat dari sarana kuda, selain
Untuk memodifikasi motor menjadi motor taksi yang handal di medan berlumpur, uang sekitar Rp empat juta per unit dieluarkan petani hanya perlu.

0 comments:
Post a Comment