
beritahotnkri.blogspot.com -Mengenakan kopiah putih, berbaju kotak-kotak, dipadu celana cokelat jingrang, Ibnu Kholdun, terlihat sabar memandu narapidana-narapidana menekuni seni kaligrafi kuningan di Lapas Kelas I Madiun, Kamis ( 30/3/2017) siang.
Selain memandu, di ruang pegawai KPLP (Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan) Madiun beukuran 4 x 5 meter, Ibnu nampak sibuk mengecek hasil karya anak-anak binaannya.
Tidak hanya itu, beberapa hasil karya kaligrafi kuningan miliknya dan anak-anak binaannya terpampang di ruangan itu. Mulai dari tulisan arab biasa sampai paduan antara pemandangan dan bangunan mesjid.
Ibnu Kholdun, terpidana teroris di Poso dalam enam bulan terakhir memberikan pelajaran sekaligus praktek seni kaligrafi dengan bahan kuningan bagi narapidana di Lapas Kelas I Madiun.
Pelajaran yang diberikan mulai dari sketsa gambar, mengukir, hingga membingkai. Setelah karyanya tidak sedikit dijual dan diminati warga, napi delapan tahun penjara tersebut ditunjuk menjadi pelatih napi lainnya yang berminat di bidang seni kaligrafi
"Sudah sekitar 60-an kaligrafi yang aku hasilkan. Pembelinya dari Jakarta, Jawa, sampai orang Australia," kata Ibnu Kholdun yang ditemui di sela-sela kesibukannya membina 2 napi yang menekuni seni kaligrafi kuningan di Lapas Kelas I Madiun, Kamis (30/3/2017) siang.
Karya kaligrafi kuningan Ibnu tersohor hingga Australia, setelah orang Australia melihat hasil karyanya di Lapas Madiun. Sesudah melihat, orang Australia tersebut datang membeli
Ibnu menceritakan, kaligrafi berbahan kuningan ini dibuat manual menggunakan tangan (handmade). Mulai dari awal hingga finishing dibuat oleh tangan napi-napi. Lain halnya dengan kebanyakan karya seni kaligrafi kuningan di pasaran, telah menggunakan teknologi mesin cetak plat.
Sejak ia duduk di bangku SMA, kenal Seni Semenjak SMA
Pengetahuannya tentang seni kaligrafi sudah dikenal Ibnu Setelah mendekam di penjara, dana bisa dihasilkan ibnu kembali mengasah keterampilannya hingga.
Setelah 6 bulan berkarya di pulang penjara, warga kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini tak hanya menghasilkan karya seni kaligrafi yang bagus. Setelah keluar dari penjara, ia menularkan keahliannya kepada napi lain sebagai bekal keterampilan yang dapat digunakan mencari nafkah
"Dulu waktu sekolah sempat belajar tentang seni kaligrafi. Lantaran bisa menghasilkan karya seni kaligrafi dari teman-teman binaan tergolong para pegawai, dan alhamdulillah ilmu tersebut saat ini bisa bermanfaat
Selama di penjara, tentang pilihannya terhadap seni kaligrafi dibanding kegiatan lain
Dia pun teringat dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan sebaik-baik manusia merupakan orang yang berguna bagi manusia lainnya.
"Artinya saya berharap dengan tidak banyak yang aku mampu ini bisa bermanfaat bagi manusia," ungkap Ibnu.
Tak cuma tersebut, Ibnu berharap setelah keluar dari lapas, napi yang dibina bisa menjadikan keahlian seni kaligrafi kuningan sebagai mata pencaharian bagi kehidupan mereka. Bagi Ibnu, sejak ada aktivitas berseni kaligrafi ia mampu meminimalisir kejenuhan.
Lantaran, kejenuhan bisa ditimbulkan oleh hidup di dalam lapas saat tidak ada kegiatan. Dari kejenuhan tersebut akhirnya bisa merembet ke hal-hal yang negatif.
"Kegiatan ini bisa meminimalisir hal-hal yang negatif. Hal-hal yang positif kepada narapidana lainnya bisa ditularkan oleh dengan kegiatan ini diharapkan. Narapidana pun mampu menjalani hukuman dengan enjoy," ungkap Ibnu.
Harga Kaligrafi Kuningan
Untuk membuat satu kaligrafi kuningan, diperlukan dua minggu hingga 1 bulan. Waktu pembuatan tergantung pada ukuran dan kerumitan kaligrafi yang dipesan.
"Untuk pengerjaan kami sesuaikan dengan waktu yang diberikan di lapas. Biasanya kami mulai bekerja sesuai jam buka kantor hingga menjelang salat Dhuhur," ungkap Ibnu.
Ibnu menyebut supaya karya seni kaligrafi bagus, seseorang mesti miliki kemauan dan kesabaran. Karya seni akan lebih bagus lagi bila napi mempunyai jiwa seni. Meskipun banyak diminati orang, produk handmade-nya masih terkendala pemasaran.
"Penjualan belum dipasarkan secara profesional. Dari mulut ke mulut saja diandalkan kami sementara cuma. Untuk 1 kaligrafi kuningan berukuran 120 x tiga puluh enam cm dijual mulai Rp 1,5 juta," tandas Ibnu.
Dari hasil karyanya tersebut, Ibnu mengaku mendapatkan pemasukan walaupun tinggal di dalam penjara. Hanya saja dia tidak mau menyampaikan besaran keuntungan yang diterima dari hasil penjualan kaligrafi kuningannya.
Untuk dukungan karyanya, Ibnu mengaku dibantu Lapas Kelas I Madiun, mulai dari ruangan, pengadaan materi sampai pemasaran. Dua napi umum, Muhammad Dimyati (20) dan Sugeng Wahyudi (24), bersyukur mendapat keterampilan seni kaligrafi kuningan dari Ibnu.
Keduanya berharap, bekal keterampilan ini bisa menjadi salah satu andalan menambah pendapatan saat keluar dari penjara. Selama di penjara kami mendapatkan keterampilan baru yang sangat berharga untuk masa depan kami, jenuh dihilangkan oleh kami bahagia selain
Kepala Lapas Kelas I Madiun, Wahid Husein mengatakan, ada dua puluh napi yang mengikuti jejak Ibnu Kholdun. Mereka menghasilkan karya yang spektakuler.
"Perintisnya memang Ibnu kholdun. Dan saat ini banyak yang mengikuti jejaknya. Bulan lalu kami menggelar pelatihan bagi dua puluh narapidana yang berminat di bidang seni kaligrafi," tutur Wahid, Kamis ( 30/3/2017).
Keterampilan diberikan pelatihan tersebut mendorong napi produktif dan sehingga saat bebas bisa buat mencari nafkah. Wahid menyebut saat Ibnu memulai membuat kaligrafi kuningan, semua bahannya swadaya dari karyawan dan pemesan.
Selanjutnya hasil penjualan itu dibelikan bahan untuk pembuatan karya seni kaligrafi lainnya. Kegiatan seni kaligrafi kuningan di Lapas Madiun, sambung dia, banyak membuat perubahan bagi narapidana terorisme.
Pengaruhnya, perihal yang negatif tidak disebarkan ibnu menjadi komunikatif dan kesehariannya tidak menunjukkan sikap antipatf dan. "Efek bagi napi terorisme, dengan kegiatan tidak sedikit bekerja mereka menjadi terbuka dengan pihak lain dan bersedia berkomunikasi dengan pihak lain," jelas Wahid.
Wahid mengakui untuk memajukan usaha itu terkendala pemasaran, permodalan, dan peralatan. Apalagi membeli bahan-bahannya di Solo sehingga tarif produksinya tidak rendah.
Ia berharap ada perhatian dari pemerintah dan pengusaha untuk menggandeng binaan lapas dalam perihal pemasaran dan modal. Dengan demikian, para napi makin banyak mendapat bekal ketrampilan sebelum keluar dari lapas.

0 comments:
Post a Comment