
beritahotnkri.blogspot.com -Pada awal berdirinya, sentra pelatihan batik di Kelurahan Putat Jaya, Surabaya, dikhususkan untuk pembelajaran bagi masyarakat sekitar.
Setahun pasca-berdirinya, "Rumah Batik" ini sukses menarik masyarakat di luar Putat Jaya mau belajar batik di tempat eks lokalisasi yang populer disebut Dolly itu.
Ketertarikan warga-warga lain daerah belajar membatik sesudah mengetahui prestasi "Kediaman Batik" yang mendapat penghargaan dalam event kejuaraan membatik tingkat provinsi Jatim, tahun lalu.
"Rumah Batik" Putat Jaya memiliki motif batik yang khas yaitu motif daun dan buah jarak.
"Kini yang datang ke sini, ada dari Kelurahan Benowo, Dupak, sampai Rungkut," ujar Mulyadi Gunawan, salah seorang pembimbing batik di tempat ini, kepada Surya, Jumat (24/3/2017).
Keinginan pemerintah kota Surabaya menjadikan "Kediaman Batik" berkembang dan terkenal tak lepas dari ambisi yang kuat untuk mengubah citra negatif kawasan yang dulunya dikenal dengan nama Gang Dolly, salah satu hot spot bisnis prostitusi terbesar di Asia Tenggara.
"Memang 'Kediaman Batik' di gang 8B Putat Jaya ini hadir sebagai imbas dari penutupan Dolly," kata pria ayang krab dipanggil Pengki ini.
Kini, setiap harinya Gang 8B tidak pernah sepi dikunjungi ibu-ibu, pelajar, bahkan wisatawan lokal atau mancanegara. Ada tidak sedikit aktivitas yang bisa dikerjakan di "Rumah Batik", seperti latihan membuat batik, diskusi, melihat produksi aneka batik serta berjual beli.
"Tempat ini bukan koperasi. Sehingga, tak ada anggota tetapnya. Tiap hari, yang datang ke sini silih berganti," ujar Pengki di sela kesibukannya membantu peserta-peserta pelatihan membatik. "Siapa saja bisa berlatih di sini tanpa memandang latar belakang. Seluruh silakan bergabung," imbuhnya.
Dongkrak UKM
Keberadaan pelatihan membatik di tempat ini tidak banyak banyak bisa mendongkrak pemasaran UKM Batik yang juga ada di tempat ini. Untuk diketahui, di Kelurahan Putat jaya ada tiga kelompok UKM yang memproduksi batik, yaitu Canting Surya di gang 6B, Alpujabar (gang 9), dan Jarak Arum (gang 2).
"Putat Jaya sebetulnya memiliki sejumlah sentra Batik di sejumlah gang. Dengan adanya rumah Batik ini, nama beberapa UKM ini juga semakin naik," kata Pingki.
"Rumah Batik" tak cuma didatangi para pemula, namun juga kalangan profesional di bidang garmen. Surya sempat bertemu dengan Trikusumawati, pemilik UKM dari Dupak, yang asyik berlatih membatik.
"Saya ingin menambah ide motif batik. Dengan belajar dengan ibu-ibu di sini, juga semakin memperluas jaringan," kata Trikusumawati.
Asal Brunei Darussalam mengunjungi, digilai pelancong asing
Lebih dari dua puluh warga negara asing Mereka didampingi petugas pemerintah kota Surabaya.
Kunjungan wisatawan mancanegara ke lokasi eks lokalisasi prostitusi Dolly tersebut sudah berlangsung berkali-kali. Bulan lalu, ada lawatan dari Korea Selatan dan Malaysia.
"Ada delegasi asing yang sedang studi banding di Surabaya, atau mahasiswa luar negeri yang sedang belajar di Surabaya," kata Pengki.
Dalam tiap lawatan, para wisatawan asing bisa berlatih membatik, mulai dari membuat pola hingga pewarnaan.
"Tapi yang paling senang jika orang bule yang datang ke sini lalu memborong produk batik buatan masyarakat. Jadi, sekalian bisa jadi tempat pemasaran," lanjutnya.
Tetapi, sebagian yang lain datang ke Putat Jaya untuk melihat dari dekat perubahan sosial yang terjadi pasca ditutupnya lokalisasi Dolly. Wajar, lantaran dulunya lokasi ini kental dengan bisnis esek-esek.
"Dengan adanya bisnis Batik ini, citra Putat bakal semakin positif," tandas Pengki.


0 comments:
Post a Comment