
beritahotnkri.blogspot.com -Pemerintah Jerman, Selasa (28/3/2017), meluncurkan penyelidikan kedua terkait dugaan kegiatan mata-mata oleh Turki.
Kementerian Dalam Negeri Jerman, mengatakan Berlin tidak akan menoleransi spionase asing di wilayahnya, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Ketegangan sedang naik antara Jerman dan Turki, 2 sekutu di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menjelang referendum di Turki bulan depan.
Referendum itu mengarah pada usaha perluasan kekuasaan Presiden Tayyip Erdogan.
Beberapa unjuk rasa berbau kampanye oleh menteri-menteri Turki di wilayah Jerman dibatalkan oleh berlin sudah membuat Turki marah dengan. Pembatalan tersebut membuat Turki melemparkan tuduhan bahwa Pemerintah Jerman tengah menjalankan taktik "Nazi".
Laporan berbagai media bahwa Turki memata-matai para anggota diaspora etnis Turki terbesar di Jerman telah memperkeruh hubungan kedua negara.
"Kami telah meluncurkan penyelidikan terhadap suatu pihak terkait spekulasi spionase," kata seorang juru bicara Kantor Kejaksaan Federal Jerman (GBA).
Juru ngomong itu tidak ingin berkomentar soal laporan media Jerman bahwa pihak yang dimaksud tersebut adalah Tubuh Intelijen Turki (MIT) dan bahwa badan itu diduga melakukan aksi mata-mata terhadap pendukung-pendukung ulama Turki yang tinggal di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Ankara menuding Gulen mengatur percobaan kudeta pada Juli tahun kemudian, tuduhan yang dibantah Gulen.
Penyelidikan dilakukan terpisah dari penyelidikan yang diluncurkan awal tahun ini soal kemungkinan spionase oleh ulama-ulama yang dikirim ke Jerman oleh Pemerintah Turki diatakan seorang jubir GBA.
"Kedua kasus itu menyangkut spekulasi spionase yang melibatkan Turki, tapi pada sekarang tak ada unsur yang sama pada kedua penyelidikan tersebut," ujar sang juru bicara.
Kalangan pejabat Turki belum memberikan tanggapan.
Sebelumnya, surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung dan 2 stasiun penyiaran melaporkan bahwa intelijen Turki memberikan kepada dinas intelijen Jerman satu daftar nama tiga ratus orang, yang diduga merupakan para pendukung Gulen dan sekarang tinggal di Jerman.
Daftar tersebut juga berisi nama 200 kelompok, sekolah dan lembaga-lembaga lainnya yang dikaitkan dengan ulama tersebut.
Sejak kudeta yang gagal tahun lalu, pihak berwenang Turki telah melakukan pembersihan terhadap tidak sedikit lembaga, sekolah universitas dan media puluhan ribu orang yang diduga sebagai pendukung Gulen.
Langkah Ankara itu membuat Uni Eropa khawatir soal kemungkinan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.


0 comments:
Post a Comment