
beritankri21.blogspot.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, setiap anggota Polri mesti mempunyai kemampuan bela diri tangan kosong dan postur tubuh yang ideal.
Pasalnya, menurut Tito, tugas polisi dikenal sebagai melawan kejahatan, bukan orangnya, sehingga dalam setiap menangani kejahatan, pelaku diupayakan untuk dilumpuhkan bukan dimatikan.
Hal itu dikatakan Tito saat membuka Kejuaraan Nasional Karate Institut Karate-Do Nasional (Inkanas) Piala Kapolri VII 2017 yang diselenggarakan di GOR Pandanaran, Wujil, Kabupaten Semarang, Kamis (9/3/2017).
Tito menyebut, karate mempunyai makna yang sangat banyak bagi Polri, tidak semata-mata untuk prestasi saja, melainkan juga untuk membentuk jiwa disiplin. Pelaku kejahatan dilumpuhkan kemampuan beladiri bagi anggota Polri krusial untuk memperkuat kemampuan penggunaan kekuatan tangan kosong dan senjata tidak mematikan dalam.
"Jadi kalau tak perlu, tak perlu digunakan kekuatan yang mematikan. Jangan sampai orang baru mabuk sedikit, terus ditembak mati, kasus nantinya. Orang yang mabuk lumpuhkan dengan karate, jadi tidak perlu diperiksa oleh Komnas HAM lagi," ujarnya.
Menurut Tito, penggunaan bela diri tangan kosong dan penggunaan senjata tidak mematikan diakui belum tersosialisasi dengan baik di lingkungan kepolisian. Dia berharap para anggotanya agar terus meningkatkan kemampuan itu.
"Setiap anggota Polri diwajikan untuk meningkatkan kesamaptaan dan bela diri, tujuannya dikenal sebagai agar kemampuan mereka bisa melumpuhkan tanpa mematikan. Ketika ada ancaman terhadap petugas maupun warga, jadi pengggunaan senjata digunakan pada saat yang sangat krusial sekali
Kalau mesti melumpuhkan pelaku kejahatan, agar anggotanya tidak kelebihan berat badan ditegaskan tito juga sebab bakal tidak mudah bergerak Tidak boleh ada polisi gendut.
"Anggota polisi tak boleh gendut-gendut. Jika gemuk tidak bisa mengejar tersangka lari. Semua wajib ramping supaya bisa kejar tersangka. Jangan tembak dulu," pungkasnya.


0 comments:
Post a Comment