Ads

Jika kita menjadikan lawatan ini sebagai refleksi, alangkah lebih produktifnya Semenjak lama, bahwa orang Arab dikenal sebagai saudara dekat bangsa Indonesia


beritahotnkri.blogspot.com -Ingar bingar kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud (81) konkrit sudah, bahkan ketika kakinya belum menginjakkan Tanah Air tercinta. Masyarakat Indonesia, terutama netizen, seolah terbelah sikap untuk sesuatu yang tentatif.

Sikap cinta berlebihan dan benci berlebihan (hater and lover) membuat air kebijaksanaan tidak lagi tidak cerah. Ada hal yang tidak mudah disambungkan menjadi relevan, padahal kenyataan belum terjadi. Sebaliknya, yang realistis menjadi kabur dalam penghayatan.

Yang tentu, lawatan gigantik raja dari Bani Saud ini sesungguhnya hal realistis yang ada jejak rekamnya. Masuk akal lantaran dengan usia sepuhnya, maka perjalanan kenegaraan wajib seefektif mungkin sebab raga tidak mungkin sering bepergian. Maka itu, sekaligus ada wisatanya--dan Indonesia patut tersanjung lantaran hanya plesiran di Bali dari 7  negara yang dikunjungi sepanjang akhir Februari sampai dengan akhir Maret nanti.

Ada jejak rekamnya, lantaran seperti disebut harian Kompas edisi 27 Februari 2017, saat melakukan kunjungan kenegaraan Mesir dan Turki April 2016 kemudian, Raja Salman juga masing-masing membawa rombongan raksasa 1.000 orang disertai ratusan mobil mewah seperti sekarang.

Bahkan, dengan tradisi mayoritas orang Arab Saudi berlibur di musim panas, raja yang naik tahta per dua puluh tiga Januari 2015 ini juga membawa sekitar seribu orang saat berlibur ke Maroko dan Perancis pada musim panas tahun itu. Thus, nothing special with its number.

Jika kita menjadikan lawatan ini sebagai refleksi, alangkah lebih produktifnya Semenjak lama, bahwa orang Arab dikenal sebagai saudara dekat bangsa Indonesia

Selama ini, karunia nikmat iman dan Islam bisa dirasakan sekaligus sulit diingkari atas peran mereka

Mari berkaca pada Sunan Gunung Jati, seorang habib (keturunan langsung ke-21 Nabi Muhammad SAW dari silsisah cucu kesayangan, Sayid Husein), yang secara empirik berjasa menyebarkan agama Islam, terutama di Jawa Barat, Banten, dan Jakarta.

Habib (Seikh) Muhammad Syarif Hidayatullah, nama asli Sunan Gunung Jati, dikenal sebagai sejatinya komunikator andal. Persuasi mampu dilakukan oleh ia dengan langkah-langkah soft power guna mengubah keyakinan lama ke ajaran Islam pada tiga  provinsi utama di Indonesia itu.

Mereka yang tinggal di Bandung Raya, tergolong penulis, tidak gampang menafikan sejarah bahwa keyakinan sekaligus berkah iman di area ini disebarluaskan oleh Eyang Dalem Abdulmanaf dari Desa Mahmud, yaitu keturunan ketujuh Sunan Gunung Jati. Bagi Muslim Bandung, maka tidak mudah untuk tidak berterima kasih kepada orang Arab.

Lalu, bagaimanakah Sunan Gunung Jati berbicara di ruang publik? Apa cara komunikasi yang dilakukannya? Siapa saja peer group komunikasi yang dilibatkannya saat menerapkan komunikasi massa pada masanya?



















SHARE

Author

Hi, Its me Hafeez. A webdesigner, blogspot developer and UI/UX Designer. I am a certified Themeforest top Author and Front-End Developer. I'am business speaker, marketer, Blogger and Javascript Programmer.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system