beritankri21.blogspot.com - Gua Braholo di Dusun Semugih, Kampung Semugih, Rongkop, sama dengan gua batuan karst di wilayah Gunungkidul. Tetapi, gua itu ternyata adalah sebuah saksi kehidupan manusia purba.
Lokasi Goa Braholo bisa dikatakan cukup jauh dari pusat Kabupaten Gunungkidul. Setidaknya sekitar 2 Jam perjalanan dengan sepeda motor.
Gua Braholo tepat berada di lereng sebuah bukit, sehingga pengunjung mesti menaiki sejumlah anak tangga untuk bisa sampai ke mulut gua.
Suasana teduh dan sunyi akan menemani perjalanan menunju mulut Gua Braholo. Dari mulut gua, lubang pada ruangan bagian dalam bakal terlihat dengan kedalaman bervariasi.
Lubang tersebut merupakan bekas ekskavasi pada tahun 1994 sampai 2000 silam.
Di papan informasi yang terpasang di pintu masuk gua, tertulis bahwa proses ekskavasi dilakukan oleh Pusat Riset Arkeologi Nasional Jakarta yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak.
Dari 14 kotak ekskavasi, tim peneliti menemukan aneka peralatan dan sisa makanan masa purba. Beberapa di antaranya serut penusuk, mata panah, fosil kayu, tulang-tulang fauna tidak kecil, sisa biji-bijian yang sebagian terbakar, dan cangkang kerang.
Tim peneliti juga menemukan benda penting, yaitu kerangka manusia purba. Kerangka yang ditemukan pun dalam kondisi yang relatif masih utuh.
"Saat tersebut kebetulan saya ikut bantu-bantu dalam proses ekskavasi. Digali ada yang tiga meter sampai 7 meter dan ditemukan delapan kerangka manusia purba," ujar pemilik tanah sekaligus pengelola Gua Braholo, Kusno (60), akhir Februari 2017.
Menurut Kusno, saat membantu ekskavasi, dia melihat tulang yang ditemukan. Perbedaan dengan manusia saat ini merupakan bentuk kepalanya lebih tidak kecil.
"Tengkorak kepalanya tersebut lebih tidak kecil. Posisinya duduk, kakinya ditekuk, punggungnya menyatu 1 sama lain," kata dia.
Dari informasi yang didapatnya, saat ini kerangka 8 individu manusia purba yang ditemukan di Gua Braholo dan disimpan di Museum Punung, Pacitan, Jawa Timur.
"Setahu saya disimpan di Punung, Pacitan, sana," ujarnya.
Dari proses riset selanjutnya, diketahui bahwa kemungkinan manusia purba yang hidup di Gua Braholo pada waktu itu telah membagi ruangan.
Sisi kanan gua sebagai digunakan tempat membuang sampah. Dari ekskavasi di sisi kanan ini, ada temuan berupa kerang, tulang hewan, dan sisa biji-bijian.
"Posisi kiri gua itu, kemungkinan dulu digunakan untuk tidur. Tersebut kata peneliti yang melakukan ekskavasi di sini cerita kepada saya," tutur Kusno.
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Hery Santosa mengatakan, inovasi itu bisa dilihat dari ketebalan tanah di dalam goa. Ketebalan tanah bisa menunjukkan tahun perkembangan manusia.
Meskipun demikian, jejak manusia purba sekitar 30.000-an tahun lalu banyak ditemukan di gua-gua karst. Di zaman itu, gua karst dijadikan tempat hunian tak permanen atau sementara.
"salah satunya di Gunungkidul. Sementara di masa tersebut, gua karst di sana tidak sedikit yang dijadikan hunian
Pada saat itu, manusia hidup berpindah-pindah untuk mencari sumber makanan. Dalam perjalanannya, mereka memerlukan tempat berlindung, baik berlindung dari cuaca maupun binatang buas.
Lokasi hidup manusia prasejarah dapat ditemukan memanjang dari Gunungkidul hingga Ponorogo, Jawa Timur.
"Manusia saat itu belum berpikir menimbun makanan. Saat berpindah, mereka juga meninggalkan peralatan," urainya.
Dia menyatakan, dari penelitian yang pernah dilakukannya, Gunungkidul adalah salah satu perpustakaan dalam meneliti zaman prasejarah. Sungai Oya, Gunungkidul, contohnya, menjadi tempat temuan berbagai peralatan dan fosil.
"Gunungkidul itu seperti 'perpustakaan hidup', banyak yang belum terdokumentasikan," kata Hery.
Author
Hi, Its me Hafeez. A webdesigner, blogspot developer and UI/UX Designer. I am a certified Themeforest top Author and Front-End Developer. I'am business speaker, marketer, Blogger and Javascript Programmer.
0 comments:
Post a Comment