
www.beritankri21.blogspot.com - 20 Mei 1908 menjadi salah satu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Hari tersebut dikenal sebagai momentum bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, serta kesadaran untuk memperbaiki diri sebagai suatu bangsa dan bergerak memperjuangkan kemerdekaannya.
Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie mengatakan bahwa pangkal tolak pertama kebangkitan nasional dimulai dengan kelahiran Budi Utomo pada 1908.
Menurut Habibie, meskipun organisasi itu kental nuansa "kejawaannya", tetapi semangat yang dibawa menggugah para cendekiawan tentang pentingnya sumber daya manusia (SDM) dalam menentukan masa depan bangsa.
"Kebangkitan nasional melahirkan kesadaran yang menjadi mata rantai perjuangan rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa, yaitu tekad untuk mempunyai satu tanah air, 1 bangsa, dan 1 bahasa, ini dikenal dengan sumpah pemuda," tandas Habibie sebagaimana dikutip dari buku berjudul "Renungan Bacharuddin Jusuf Habibie Membangun Peradaban" yang ditulis oleh Firdaus Syam.
Lalu, tekad sumpah pemuda itu menjadi kekuatan perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Perlawanan berdasarkan rasa persatuan yang terwujud dalam aneka bentuk pergerakan bersenjata dan penggalangan kesamaan bakal cita-cita berujung pada proklamasi kemerdekaan pada tujuh belas Agustus 1945.
Pascakemerdekaan, suasana bangsa Indonesia dinamis sekali, majemuk, dan juga penuh pertentangan. Titik balik dari kondisi itu terjadi pada 1950-1959, di mana Indonesia masuk pada zaman Demokrasi Terpimpin.
Pada masa ini, "politik menjadi panglima" sampai alhasil masalah pertumbuhan ekonomi, pembangunan, kesejahteraan sosial terbengkalai.
Atas kondisi ini, pada 1966-1988 atau era Demokrasi Pancasila pada pemerintahan Orde Baru, bangsa Indonesia kembali berefleksi atas arti kemerdekaan dan kebangkitan nasional.
Pada masa ini, aneka aspek yang terbengkalai itu menjadi perhatian pemerintah. Demikian juga hubungan dengan dunia Internasional.
"Ada masa terjadi swasembada pangan, berjalannya komunikasi politik pembangunan ke tengah masyarakat demikian efektif dalam kurun waktu yang tidak pendek. Puncaknya bangsa Indonesia mulai memasuki apa yang disebut era kebangkitan teknologi (10 Agustus 1995)," kata Habibie.
Meskipun berbagai pencapaian terjadi pada masa ini, namun bangsa Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Lantaran, kepemimpinan nasional masih dipegang oleh generasi '45.
Rakyat Indonesia benar-benar merasakan kemerdekaannya pada 21 Mei 1998. Saat tersebut, Indonesia memasuki zaman reformasi.
Sesudah reformasi, kebebasan dari beragam aspek, baik politik, ekonomi, ideologi, sosial, budaya, pendidikan bahkan informasi dan komunikasi, direguk oleh rakyat Indonesia.
Walau demikian, kemerdekaan dan kebebasan yang diraih tersebut memunculkan pertanyaan, "kemerdekaan dan kebebasan yang telah berhasil dituntut itu untuk apa? apakah kebebasan itu semata-mata untuk kebebasan?"

0 comments:
Post a Comment