
beritahotnkri.blogspot.com -Menteri Penelitian Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir menganggap pengujian rubber air bag di PT Indonesia Marine Shipyard (IMS) yang sudah berlangsung selama tiga bulan berjalan berhasil.
Rubber air bag sendiri adalah produk yang digunakan industri perkapalan untuk membantu proses menaikkan dan menurunkan perahu di galangan, baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi perahu bekas.
Alat bantu ini dikenal sebagai buah kolaborasi PT Mitra Prima Sentosa yang dikenal sebagai salah satu perusahaan penerima bonus Kemenristek Dikti untuk tahun anggaran 2016 dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Proses pengujian rubber air bag dilakukan kedua pihak itu dengan menggandeng PT IMS, yang beralamat di Jalan Amak Khasim III, Kelurahan Sidorukun, Kecamatan Gresik Kota, Gresik, Jawa Timur, sebagai tempat yang dipilih untuk menguji alat itu.
“Ini merupakan bagian dari usaha kami untuk memberdayakan produk dalam negeri dan mengurangi impor. Karena sebelumnya, rubber air bag yang digunakan perusahaan dan galangan kapal di Indonesia adalah impor,” ucap Nasir di sela kunjungannya ke PT IMS, Senin (20/2/2017).
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan struktur rubber air bag saat digunakan di lingkungan sebenarnya. Nasir merasa puas sesudah melihat langsung pengujian, yang menganggap kualitas rubber air bag dalam negeri tersebut tidak kalah dari barang impor.
“Sudah lihat sendiri kan bahwa produk dalam negeri yang tengah kami uji tidak kalah dengan barang impor sehingga dalam waktu tidak jauh akan mulai kami pasarkan. Meski sebelumnya, kami masih bakal bahas lagi bagaimana taktik pemasaran,” ucapnya.
Bahwa komposisi rubber air bag cukup mendukung aplikasi nasional dijelaskan nasir juga. Lantaran, tidak sedikit bahan formal yang digunakan adalah produk asli dalam negeri dan hanya sebagian kecil yang masih diimpor.
“Materi bakunya dari karet. Jadi sembilan puluh persen bahan rubber air bag ini bisa diproduksi dalam negeri, dan cuma 10 persen yang masih diimpor. Karena sepuluh persen sisa bahan merupakan cairan zat kimia yang belum bisa diproduksi dalam negeri,” tutur Nasir.
Karet sebagai materi formal utama, dinilai Nasir, memiliki kelebihan dalam pembuatan rubber air bag berkualitas lantaran tahan sobek dan tahan gesek. Dengan kelebihan dibanding cara rel (roller) yang diterapkan sebelumnya, rubber air bag lebih efektif dalam biaya perawatan.
Jika pakai sistem roller, dibanding Selain itu, bila nantinya dipasarkan, harganya juga bakal lebih murah dibandingkan mesti impor,” kata dia.
Dia pun optimistis rubber air bag produksi dalam negeri akan banyak diminati perusahaan maupun pihak galangan bahtera di Indonesia. Dikarenakan harga beli produksi dalam negeri akan lebih murah 20 persen ketimbang impor, hal tersebut
“Dengan negara kelautan dan banyaknya kapal yang beroperasi akan membuat rubber air bag dibutuhkan. Ini juga dalam rangka menunjang aplikasi tol laut yang tengah diusung pemerintah sehingga kami berkeinginan turut menyukseskan,” pungkasnya.

0 comments:
Post a Comment