Ads

Di area Kemang, Jakarta Selatan, tepatnya di Desa Kebon, warga masih berkegiatan seperti biasa pada Selasa pagi tersebut


beritahotnkri.blogspot.com -Awan gelap menutupi langit Ibu Kota, Selasa (21/2) pagi. Sejak malam hari hingga menjelang siang, hujan mengguyur Jakarta kacau-balau. Banjir menggenangi permukiman warga, ruas-ruas jalan, dan rel kereta api. Sebagian warga yang hidup di daerah langganan banjir tidak siap menghadapi petaka rutin tersebut.

Di area Kemang, Jakarta Selatan, tepatnya di Desa Kebon, warga masih berkegiatan seperti biasa pada Selasa pagi tersebut. Tepat pukul 05.00, petugas kebersihan, Amsir (50), meninggalkan rumahnya untuk berangkat bekerja layaknya yang ia lakukan setiap hari.

Amsir tidak menyangka, tersebut merupakan saat terakhir berjumpa dengan istrinya, Novi Eka Meliana (31), yang juga ibu dari tiga  anaknya, Reyhan (8), Risma (5), dan Risya (7 bulan).

Setelah kepergian Amsir, tak berapa lama Masyarakat setempat meyakini luapan Krukut kali ini lebih tidak lambat dan lebih tinggi daripada biasanya. Novi dan tetangga-tetangganya buru-buru mengungsi ke Mushala Al Muhajirin di Jalan Kemang Raya, sekitar satu kilometer dari rumahnya.

Sesudah berjanji 3  buah hatinya aman di mushala, Novi diduga kembali ke rumahnya. Lama dinantikan, Novi tak jua kembali. Ternyata ibu muda tersebut tersengat kabel listrik di rumahnya hingga mangkat.

Lamini (62), sesama warga Desa Kebon, menyebut, banjir sebetulnya telah biasa melanda kawasan itu. Kali ini bahkan tak sebesar banjir pada 2016. Tapi, banjir kemarin tak diduga dan meninggi cepat sekali. Masyarakat tidak menyadari hujan lebat berjam-jam bisa memantik luapan Kali Krukut.

Banjir di Jakarta kemarin turut menewaskan seorang remaja, Ikmal Lopery (14), warga Kalideres, Jakarta Barat, serta menenggelamkan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Pegangsaan 2 , Jakarta Utara, Deni (45). Sampai berita ini ditulis, Deni belum ditemukan. Petugas PPSU itu diduga terpeleset saat melaju mengendarai sepeda motor di Saluran Penghubung Betik, Rawa Sengon.

Di Kalideres, di Kali Mookervart di ruas Kampung Duri, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Ikmal Lopery tenggelam saat bermain-main di pinggir Kali Mookervart yang nyaris meluap ke Jalan Raya Daan Mogot. Dia kemudian terseret arus dan ditemukan meninggal pada pukul 14.45.

Di kawasan Cipinang, Jakarta Timur, banjir dari luapan Kali Sunter yang telah berlangsung tiga  hari membesar dan meluas. Lantaran Kalimalang turut meluap hingga dua meter, banjir dari luapan Kali Sunter ini diperparah

Banjir juga meluas di Cipinang Indah dan Cipinang Muara. Sekitar 1.000 keluarga terdampak banjir di bantaran Kali Sunter ini. Jumlah pengungsi pun terus bertambah.

Sejak Minggu meluas dari lima  RT di RW 003 menjadi sembilan  RT pada Selasa, banjir yang melanda "Minggu dan Senin ada sekitar dua ratus keluarga mengungsi, sekarang bertambah menjadi 533 keluarga," katanya.

pengungsi-pengungsi kekurangan air bersih, selimut, popok dan susu bayi, serta sejumlah perlengkapan lain. Semenjak belasan tahun silam, banjir tidak kecil lekat dengan area ini Sistem peringatan dini sudah diterapkan. Namun, tetap saja, saat petaka menerjang, tak semua kebutuhan pengungsi tercukupi dengan tidak lambat.

Hampir lumpuh

Banjir juga membuat aktivitas pagi Ibu Kota tersendat, nyaris lumpuh. Layanan transportasi massal terganggu, sejumlah titik jalan raya dan jalan tol tergenang banjir. Tidak sedikit masyarakat tak bisa bersekolah juga terlambat datang ke kantor, bahkan tidak bisa bekerja karena takut terjebak banjir dan kemacetan.

Diah Wahyuningsih (30), masyarakat Condet, Kramatjati, Jakarta Timur, nekat menerjang hujan deras saat bakal berangkat ke kantornya di Jalan Sudirman, Selasa pagi. Setelah basah kuyup dalam perjalanan ke Stasiun Kalibata, dia wajib menunggu kereta cukup lama karena ada gangguan persinyalan. "Perjalanan dari kediaman ke kantor biasanya 1  jam. Hari ini jadi 2  jam lebih," ujarnya.

Banyak rekan kerja Diah, terutama yang tinggal di Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan, juga terlambat masuk kerja. "Kacau memang situasi hari ini. Angkutan umum terhambat, yang naik kendaraan personal pun macet di tol dan jalan raya," ujarnya.

Gangguan perjalanan KRL membuat ratusan bahkan ribuan penumpang telantar. Di Stasiun Manggarai air masuk ke terowongan untuk pejalan kaki. Semenjak pukul, lintas KRL terputus

Jadwal Transjakarta pun terganggu sampai 8  jam. Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Sigit Widjamoko, gangguan terjadi di 3  koridor, yaitu Koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol); Koridor 4 (Pulogadung-Dukuh Atas); dan Koridor sepuluh (Tanjung Priok-Cililitan). Jalur Transjakarta sebagian terendam air.

Penanganan yang sesuai

Antisipasi menyeluruh, mulai dari sistem peringatan dini di semua daerah aliran sungai serta sistem manajemen transportasi publik hingga kesiapsiagaan menangani petaka, masih jadi tugas kediaman pemerintah pusat dan DKI.

Selain masalah itu, pengamat perkotaan Nirwono Yoga mengungkapkan, dirinya melihat ada sejumlah penyebab banjir Jakarta. Pertama, banjir lokal yang terjadi tidak rata dampak daerah resapan berkurang dan saluran air tidak berfungsi baik.

Kedua, kenaikan permukaan air laut saat pasang bisa memicu rob di pantai utara Jakarta. Ketiga, banjir juga bisa terjadi efek air kiriman dari daerah hulu yang diguyur hujan deras. Ketiga faktor itu pun bisa terjadi bersamaan dan memicu banjir dahsyat.

Penting bagi pemerintah pusat ataupun DKI, lanjut Nirwono, melakukan sejumlah usaha mengatasi tiga  tipe banjir itu. Rehabilitasi seluruh saluran air tersier, sekunder, juga utama untuk terhubung dengan baik, bebas sampah dan lumpur, serta tertata jaringan utilitas perlu dilakukan bertahap.

Sebab banjir tidak bakal selesai hanya dengan projek infrastruktur fisik, peran aktif warga pun harus ditumbuhkan Perilaku warga, seperti buang sampah pada tempatnya, juga sigap tanggap malapetaka mesti dipupuk.

"Pemerintah juga perlu menaturalisasi semua sungai dan anak sungai," kata Nirwono.

Pembetonan, menurut ia, tidak selalu bisa jadi solusi. Tapi, penataan sungai serta revitalisasi situ dan waduk dengan konstruksi ramah lingkungan bakal menjadi jawaban pengendalian banjir jangka panjang. Ya, memang sudah tak tepat lagi kalau kota yang akrab dengan banjir sejak berabad silam ini selalu gagap saat bencana itu datang bertandang.

(DEA/IRE/JOG/WIN/HLN/ART/NEL)

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi dua puluh dua Februari 2017, di halaman satu dengan judul "Ibu Kota yang Tak Juga Siap Menghadapi Banjir".
SHARE

Author

Hi, Its me Hafeez. A webdesigner, blogspot developer and UI/UX Designer. I am a certified Themeforest top Author and Front-End Developer. I'am business speaker, marketer, Blogger and Javascript Programmer.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system