
beritankri21.blogspot.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, setiap polisi di dunia punya kewenangan diskresi untuk mengambil upaya paksa atas keadaan genting.
Tapi, diskresi jangan sampai diterapkan berlebihan hingga jadi kebablasan. Tito mencontohkan penembakan mobil satu keluarga di Sumatera Selatan oleh polisi.
Mobil itu diduga berisi pelaku kejahatan sebab tak bersedia berhenti saat dihentikan dalam razia.
Akibatnya, polisi memberondong tembakan ke arah mobil itu. Padahal, mereka yang ada di mobil itu cuma warga biasa.
"Setiap anggota polisi mesti punya kemampuan untuk bisa menilai dan mengambil tindakan yang tepat," ujar Tito di kompleks PTIK, Jakarta, Rabu (19/4/2017).
Jika dirasa membahayakan diri sendiri dan warga, petugas bisa melakukan tindakan tegas.
Tetapi, kata Tito, kewenangan itu wajib diimbangi dengan kemampuan menganalisis keadaan. Dan Tito merasa perlu ada pembenahan terkait kewenangan yang melekat tersebut.
"Ini yang perlu dievaluasi di lingkungan Polri, agar lebih banyak anggota polri di-drill (dilatih) di tingkat pendidikan dan kemudian di-drill lapangan saat sedang bertugas, coaching clinic," kata Tito.
Pelatihan yang dimaksud yaitu menganalisis suatu keadaan dan tindakan yang harus dilakukan saat menghadapinya.
Tito mengatakan, dalam pelatihan harus dibuat tidak sedikit skenario peristiwa tertentu dan apa yang wajib dilakukan.
Jangan sampai tindakan yang diambil berlebihan, dan jangan terlambat dalam merespons peristiwa itu.
"Bertindak berlebihan tak boleh, bertindak terlalu kurang juga bisa jadi persoalan," kata Tito.
Tito mencontohkan kasus penembakan teroris di Tuban. Mobil ditabrakkan oleh polisi melumpuhkan teroris yang berupaya menyerang polisi dengan.


0 comments:
Post a Comment